Gambar Bunda Maria Diangkat Ke Surga

Gambar Bunda Maria Diangkat Ke Surga

Maria Diangkat ke Surga adalah satu dari empat dogma Maria dalam Gereja Katolik. Dalam salah satukonstitusi apostolik berjudul Munificentissimus Deus yang dikeluarkan oleh Paus Pius XII pada tanggal 1 November 1950, dogma Maria Diangkat ke Surga didefinisikan sebagai berikut.[1][2][3]

Dengan otoritas dari Tuhan kita Yesus Kristus, dari Rasul Petrus dan Paulus yang terberkati, dan oleh otoritas kami sendiri, kami mengumumkan, menyatakan dan mendefinisikannya sebagai sebuah dogma yang diwahyukan Allah: bahwa Bunda Tuhan yang tak bernoda, Perawan Maria yang tetap perawan, setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi.

— Munificentissimus Deus §44

Dogma tersebut didasarkan pada dogma Maria Dikandung Tanpa Noda yang ditetapkan pada tahun 1854, yang menyatakan bahwa Bunda Maria sejak dikandung pun telah terbebas dari dosa asal, dan kedua dogma tersebut berlandaskan pada konsep Maria Bunda Allah. Melalui dogma ini, Gereja Katolik secara khusus menyatakan bahwa Bunda Maria tentulah "diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi" (MD 44). Mengenai keadaan Maria di akhir hayatnya, Gereja tidak mengajarkannya secara eksplisit sehingga membuka kemungkinan akan Maria yang meninggal sebelum dibangkitkan dengan ajaib lalu diangkat ke surga (penafsiran fana) atau Maria langsung diangkat tanpa mengalami kematian (penafsiran abadi), meskipun Tradisi sendiri lebih condong ke arah penafsiran fana.[4][5] Gereja-Gereja Timur sendiri merayakan "Tidurnya Sang Theotokos" sebagai perayaan yang sebanding dengan Maria Diangkat ke Surga.

Gereja Katolik merayakan dogma ini pada tanggal 15 Agustus sebagai Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, yang merupakan hari raya wajib dalam kalender liturgi Katolik.

Pada tanggal 15 Agustus 2004, khotbah yang disampaikan di Lourdes, Paus Yohanes Paulus II mengutip bacaan Yohanes 14:3 dari Alkitab sebagai dasar Kitab Suci untuk memahami dogma Pengangkatan Maria ke surga, di mana Kristus, dalam pernyataan perjamuan terakhir-Nya, menjelaskan "Ketika Aku pergi dan menyediakan tempat untuk kamu, Aku akan datang kembali dan akan membawamu bersama dengan Aku, di mana Aku berada, di situ juga kamu harus ada". Menurut teologi ajaran Katolik, Maria adalah sebuah jaminan dari pemenuhan janji Kristus. Namun, banyak teologia yang tidak setuju dengan penafsiran Kitab Suci tersebut, dan kepercayaan mengenai Kristus yang berbicara tentang persiapan ke Kalvari dan penyaliban untuk pengampunan dosa.[6]

HIDUPKATOLIK.com – SAYA sangat meragukan kebenaran dogma Maria Diangkat ke Surga, karena dalam Kitab Suci tidak ditemukan teks yang mengatakan hal itu. Apa dasar biblis yang digunakan Paus Pius XII ketika mendeklarasikan dogma ini? Apakah dasar gelar Maria sebagai Ratu Surga?

Anastasia Gabriella Giva, Malang

Pertama, baik kalau disadari, tidak semua ajaran Gereja didasarkan pada teks biblis yang secara eksplisit mengatakan ajaran itu. Tugas Gereja harus melampaui kecenderungan “literalisme” (harafiahisme), yaitu kecenderungan hanya membatasi ajaran dalam teks yang secara harafiah mengatakan suatu ajaran. Artinya, Gereja juga harus menarik “arti yang lebih penuh” (Ing. fuller sense) dari teks biblis yang ada. Gereja juga perlu menggali ajaran dari teks-teks yang hanya menyatakan sebuah ajaran secara tersembunyi, dan kemudian Gereja harus berani menyimpulkan dan menyatakan secara eksplisit implikasi dari ajaran itu. Apa yang tak ditangkap banyak pencinta Kitab Suci dalam arti harafiah, bisa dieksplisitkan dalam arti alegoris atau metaforis. Dalam hal Maria, refleksi Gereja dalam perjalanan waktu membawa Gereja menemukan ada aspek-aspek dari pribadi Maria yang hanya secara berangsur-angsur menjadi jelas dan pantas dirayakan seluruh Gereja.

Kedua, dasar biblis yang digunakan Paus Pius XII ialah Why 12:1-6. Dalam konteks kitab Wahyu, “wanita yang berselubungkan matahari” itu ialah Umat Allah, Israel baru, mempelai Kristus, yaitu Gereja yang melahirkan generasi baru orang yang percaya. Tapi jika “dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya” (ay 5) diartikan sebagai kebangkitan dan kenaikan ke surga dari Yesus, maka ayat itu merujuk kepada Yesus historis. Jika demikian, maka “wanita” itu juga adalah wanita historis, yang terdiri dari jiwa dan raga, yaitu Maria yang adalah Bunda dari Umat Allah di surga.

Penafsiran ini diteguhkan penafsiran Kej 3:15. Jika wanita itu dan keturunannya akan menang terhadap setan, maka bukan hanya Yesus yang bersinar cemerlang di surga dengan jiwa dan raga-Nya, tapi juga “wanita” itu dimuliakan dalam kepenuhan jiwa dan raganya. Tanpa pengangkatan Maria ke surga dengan jiwa dan raga, kemenangan atas setan tidaklah lengkap. Inilah dasar-dasar pernyataan dogma Maria Diangkat ke Surga oleh Paus Pius XII dalam surat Munificentissimus Deus.

Ketiga, tidak sulit juga untuk mengerti bahwa karena Yesus adalah Allah-manusia yang menderita, wafat dan bangkit kembali untuk keselamatan kita, Dia naik ke surga dengan jiwa dan raganya. Demikian pula Maria, yang menyertai dan bersatu dengan Yesus dalam karya keselamatan-Nya, akan menikmati kemuliaan jiwa dan raga di surga, seperti dikatakan St Paulus dalam 1 Kor 15:22-26 (bdk. 2 Tim 2: 11-12a; Rm 6:8). Kedekatan dan persatuan Maria dengan Yesus memberikan petunjuk bahwa Yesus pasti mengikutsertakan Ibu-Nya dalam kemuliaan di surga, dengan jiwa dan raganya. Maria dimuliakan karena kesucian, yaitu bahwa dia selalu siap melakukan kehendak-Nya (bdk. Mat 12: 49-50).

Keempat, tak ada pernyataan dogma tentang Maria sebagai Ratu Surga. Ajaran Maria sebagai Ratu Surga merupakan konsekuensi dari dogma Maria Diangkat ke Surga, karena seperti Yesus Kristus yang naik ke surga dan ikut memerintah bersama Bapa (duduk di sebelah kanan Bapa), demikian pula Maria yang diangkat ke surga dan turut memerintah bersama Putranya (bdk. 2 Tim 2:11-12a). Tetapi sadar akan ketidaksetaraan antara Yesus dan Maria, kita tetap bisa mengatakan ada kesejajaran antara Maria dengan Yesus. Apa yang dikatakan tentang Yesus dapat dikatakan secara analog tentang Maria. Yesus menjadi Tuhan, supaya “segala makhluk… bertekuk lutut di hadapan Nama Yesus” (Flp 2:10). Demikian pula Maria dimuliakan dengan pengangkatannya ke surga untuk menjadi Ratu Semesta Alam. Penggelaran Maria ini adalah buah dari kesetiaan dan ketaatan Maria pada misi yang dipercayakan Tuhan kepada dia.

Petrus Maria Handoko CM Doktor Teologi Dogmatik Universitas Gregoriana Roma

Sumber: Majalah HIDUP edisi No.33/2014

Puncta 13.08.23HR. St. Perawan Maria Diangkat ke SurgaLukas 1:39-56

PAUS Pius XII mengeluarkan ajaran berjudul Munificentissimus Deus yang memuat dogma tentang Maria diangkat ke surga pada tanggal 1 Oktober 1950.

Ajaran itu bukan sesuatu yang baru. Tetapi dirumuskan berdasarkan kepercayaan umat yang sudah berlangsung berabad-abad.

Sumber kepercayaan Katolik bukan hanya Kitab Suci, tetapi juga tradisi-tradisi yang hidup di tengah umat.

Sebelum Kitab Suci ditulis, sudah ada kisah-kisah lisan yang diceritakan turun temurun dari generasi ke generasi.

Begitu juga keyakinan tentang Bunda Maria yang mempunyai iman istimewa dan unik dalam karya keselamatan sudah mendarah daging di hati umat. Maria diyakini ikut terlibat secara langsung dalam karya Kristus.

Umat percaya bahwa Maria adalah Bunda Allah, karena Kristus adalah Putera Allah. Kristus sebagai Putera Allah tidak berdosa, maka Maria yang melahirkan-Nya diyakini sebagai Bait Suci Allah yang tak bernoda.

Maria juga ikut menderita bersama Puteranya yang memanggul salib. Maria menerima pemenuhan janji Kristus.

St. Paulus menulis, “….jika kita menderita bersama-sama dengan Dia….kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.”

Karena Bunda Maria adalah yang pertama menderita bersama Yesus dengan sempurna, maka layaklah bahwa Tuhan Yesus memenuhi janji-Nya ini dengan mengangkat Bunda Maria dengan sempurna, tubuh dan jiwa ke dalam kemuliaan surga, segera setelah wafat-Nya.

Dogma atau ajaran resmi Gereja bahwa Maria diangkat ke surga sebenarnya sudah tertanam lama dalam keyakinan umat.

Paus Pius XII merumuskan keyakinan itu sebagai ajaran resmi gereja. Inilah bunyi dogma itu :“…. dengan otoritas dari Tuhan kita Yesus Kristus, dari Rasul Petrus dan Paulus yang Terberkati, dan oleh otoritas kami sendiri, kami mengumumkan, menyatakan dan mendefinisikannya sebagai sebuah dogma yang diwahyukan Allah: bahwa Bunda Tuhan yang tak bernoda, Perawan Maria yang tetap perawan, setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi.” (MD 44)

Ajaran ini bagi umat Katolik meneguhkan bahwa siapa pun yang taat setia, rendah hati dan murah hati seperti Bunda Maria akan “diangkat” atau dipersatukan dengan Kristus di surga.

Maria adalah teladan iman yang sempurna. Siapa yang imannya seperti Maria, akan mengalami kemuliaan kekal di surga. Marilah kita meneladan Bunda Maria.

Malam-malam naik perahu,Terdampar di Pulau Seribu.Mengasih Maria kerinduanku,Menjadi abdinya cita hidupku.

Cawas, kupersembahkan mawar untuk Maria…

%PDF-1.4 %Çì�¢ 5 0 obj <> stream xœí<Ù’Ü8rz“±á?¨‡YÝ4$è{´­[šÑÑ:fV~(u—º8uõÖ1²>ËáÝÿsfâÈDKÒ8ì7‡TM‰DÞ™Hð/£ªT£ ÿ…ÿ¯–wÿùU;ºÙÞ­F7wÿrWÑËQøïj9ºw ÜH™²2£ËOwý45RÚ•õ¨5uéšÑåòç�ÇçuYUÆ©âõÆWJuÅåýq]v®«tñÊÿr]#5ütº+FãsUÚ®UmqïÍ�iÚýjŒ*~»²ë”ÓÅèù¯ÆMœÜ©ÞÁ䶵0l4Ö¥B8bªI •jêâazÿ4�þár|^•Î¨FªVÎO隣£×cƒµ®‹7´‘ÎvNÀ"T*m;óÿýòÉÝÖ”-lvt®šÒ�.¯�BL•}ú5¢»}‚8z‘Ö™â«Uy…C)74Þ ²=<�8ðØÑ󱪈Ø~�yz³ÊW=^Ž[$ŒÖþ¾¯»ªUalƒöЩ®ÃmÀóË_A&@Djˆ¦4®ª`‡ÏðÕ?á=êÊ®Á—çÆ•mMTP¥v•ò„ø™$¡jÛb½º¦�kp¿ ~Uµ+n‰s�…Ÿ3¢GÕ6(*ÈΪi‹×ëÅšF»Êºb3ò3µ«‹{ãsÀµ«kûA"U¶-D#Ø@'O'´W@ÝŒp?ˆ:l\�ê¸9Ø÷‡MØ8o¯.ë¦RÍè\Ž‹ôi˜ ªk˦"˜Ò%"¼Ø¬oÆ¶Ø Ù[ØHSÙb9Ž»ö;rF7 5çq»ýu?â}?´«a‡Kàj”*ö8?èIì[[‹-‘£®ˆÑqð'OhÝÕøÙìàçîlä¥ )úÀKÐ~‘˜¶C ÅvÐÏŒ²Mó]àãÓü¿=kZ�=\ÁûyÂ[Ì[·ÆI¢ˆ`·±  ïbÖåFE3Å:IS݃êPÂ@.MìÚ N—¦é�‰º¬AS=ï{qj[s†0ê ¥aÂ` ÞtáõXUÊ[Dæƒ/açlçvN¡öÃCÝic‹»ñ;ªMw&º#W2WcÜÈ—`—$N�ªã–AˆÁòkÒò¦´#+]¡`1‡*¸†s­Àn’²×¥M$úÁ³ª>nwc˜71¹£¦6(oˆC+§…]RªK]w'uLÃû|ñ§©´_üñŠˆ¢kMr`;TøB1}:þiùgÅ?ÏX„ëq””Û©÷{u—�èie£,XûóMðh‹#¤�*Þ“„Ç�Ï‚§ÒV‚èWãs¤¸E“®‹Ý,©Ú”À!~�dú-šÕ¥©ÎTAHSE¡ìWkVV!à&­¢…ø!ßv½¢´²³òf×’™ö,ÔóÐ(à †Ä”ç0ÍVºuÅ~…k€årôã ¬hÛvd6à78:£Ñ)’ÏUÀübµë·[ÚŽnë¢G‰µDúb¿M‰Ô à{ 1:ä‘í‚‘A¸Yz@íJSÛˆàY¦ªØ-¨�Â5;h<ö¨>ÅâfÌN%Y“ÝôÚÿa­Ä/pmß”Œ6ð1ð¼6ºl;/Ð&y�Ø\J ;‹ý2ÙKp� M®]¿ö«*×Æc¤„1…¥ïw^ruݳ4_ Ý=oÿ\‡6lëG78Ü0ñ¦©Å†ßö››GÚ•´×<ä9SMHôæKÂ*s ¤O¶9ôÔ5gÞè·&Oÿ*qNªáŸ‚iíÅpwûÍ•‡Ð‚ÃãÇå�˜ §¾£§¤ƒÅç B¨*¬¸iج}Å®pA’S7"ê: ³ÃÍÔïÕ”&Š¢”Û„Á7d5,y`|—ÞjœrŽWûèõpu;¤b‹Ðî¹F`ãÌIðMV¼:µø\�d˜ó5D넵C¹OQ¢’\í („á_ÈÜ€qù C$D*RWÌÿÍË<Ú̺é„Ì/Çâ!Vû­'© Kg¤©½ÁyäÇ]fęڷ‹énÊ‘…Øl¤@<�däA#ƒ„ýf‹cib-a yåwAónNPgêÃß΂ÛìfA‚»Nšã/¼31sÑ'ØbíéY�å’phdHÛ®õ@£B9pШP5…\Õ‡ ,Z6以8é¼Æàöôq}�"Q“Tªã¨-ç5[K1s¬4z×ý" Ò�É̓Xž™•H; óo!YŒ¯_¾bª°}cV€ 0FÛ²­ *øÁbë0$ÛD±HÝ•ª±Vú�ÌjGÐÇdC´¥_ÚÇý’†Ós1ý[«_í<Ö”ÿœÏ8ïaÆ#¯½ZHîº(�¹¥ÖH¹6C@ä#‚?˜æTÙï(n>—šOWRƽØzr“º¿…¹V¡Ù�pΠË5Ý¡[² Z†¬ÄŸ§˜2|ˆ£ê“f“Z×ef3Ž’\frcÊÚ€Y½ÆC5’ H¥ÖV5‰lCc{³HB’å8XsR {ý§þŠ$Æ`øÛ}ɤ�Hqr;þí)kNè*Ü®À,2­µ†˜f«Rk@S æÕ!Lɽ|îé·s2´F»m0 ÀdØM�RHNä Ô¬«éj›Ü°w*�ªd2+ âå˜Ö‰‚0«€¬¹F uð³x2öÅŒÄh»ßD•©‹?Í6¤œàI*·3ÏனY`ýRøÜV1ý›ªšäŒõ1hE’‹™6úF ~TæÑfæâ'=Þù0 M­„5�† TŽ½ L¹™@5Ê�„›Ò’­O¢@êÀ,}ôÑ=EzÞŒI�“Å ¡IuŠ-¯\ Èd1SÀ·)>2‚í¼vÒµ™{SEâá5Võ,1t°ˆà=FÄ 31z.,Iœf'—…ÉûÅuÀ$Û¤ˆ'…Ìí@H@ÁB:Î ÅIJ`]ÊÆÈ¢¢ü ç…1þ¼’õ�¶ú‰yþœ%Æ�‚�ý'´@Fr–Q9cµÙxº6¥V]çO•X0´�ÈØÉx­…¦(ÀWÛk’»õ�`êZa¤"÷ÖÅWë³<ÌÊùŸÊÒ{Ý� ,¥Žõ9¬±(Dñ²Ì�E´,Åðš©:ŠBnµwé´x‡F]°#Ö›ã¦U�·ÿ0 þ8Ìc…ÖF,rEõÄ®eâÇ"HáRgÁùÛ²VIö|PXL˜ç«ÝÞ—£™¨_Ò¾j_2è‘rQËÊñQÐêWÌ«ä–ƈ¢†I;ÒýçýÎûO#D9Y®‰˜-Ùó¼ÄIR‹ÚR»&ÅíÍ ©=páÚø$XD'ÂfKÜöܯƄÁ£ˆ±~LæÅËz\Àg9‰×ÛOëÍ’Êi!®s2Gãw¥”ÉÏ‘üS�f܈H'Á¯²™Î%Ñ·ø}èªÉÖñºçüQèáòˆÞp†$�™?�«[ ¾ÐEñEn‚¥×F©ãL·ó‘{¢tè�ev ¿_Ê(ªzn_C"§”;Õ¨#ƒ“'ö1^�ìÝ`¶}`¥£EÓæˆð4¯Ø†÷RŒGHPEÕÀ'—‹ÑlÏuƒ•¸¼ IùÁ(C ,wñèÙ�I"›•g‰°DÛ™ƒ–k«X¡Ixv÷ò�ÆóyÄÊý ßçY�?ÍŽ\&IuõAI‡‡ˆD`×óã!‡)X!|ÌA�8lô+qL,ø·0QŒçªyvp

Maria diangkat ke surga (Sumber: stpaulcenter.com)

Dogma mengenai Maria diangkat ke surga mengajarkan bahwa pada akhir hidupnya di bumi, Maria diangkat ke surga dengan tubuh dan jiwanya. Di sana, Maria duduk di sebelah kanan Putranya, sebagai Ratu Surga dan Bumi. Dasar ajaran ini berakar dalam Kitab Suci, khususnya dalam penglihatan misterius dan apokaliptik yang dialami oleh Yohanes yang dicatat dalam Wahyu 12.

Yang pertama dan paling penting, wanita dalam Wahyu 12 diidetifikasi sebagai Maria, seorang wanita yang “melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya” (Wahyu 12:5). Namun demikian, dalam Wahyu 12 juga menggunakan penggambaran bahwa wanita itu adalah Putri Sion, Ratu dari Mempelai Perempuan Israel, dan Bunda Gereja.

Dalam menyamakan wanita itu dengan Ratu Mempelai Perempuan Israel, digambarkan Yohanes yang menggemakan Maria dalam Kitab Nabi Yesaya, yang mengatakan bahwa Israel akan dirias seperti seorang Raru Mempelai Perempuan (Yesaya 60:19-20, 62:3-5). Mempelai perempuan Salomo dalam Kidung Agung juga dijelaskan dengan cara yang sama (Kidung Agung 6:10). Yohanes menekankan poin ini dengan memberi tahu kita bahwa wanita itu mengenakan mahkota dari dua belas bintang, yang menjadi simbol yang jelas sekali tentang dua belas suku Israel.

Namun, di sepanjang Kitab Wahyu, dua belas suku ini juga diakui sebagai tanda dari dua belas Rasul, yang mewakili Israel yang baru, yakni Gereja (Wahyu 7:4-8, 21:12-14). Maka, sama seperti Putri Sion adalah simbol dari umat pilihan Allah yakni Israel, wanita dalam Kitab Wahyu juga adalah simbol umat kepunyaan Allah yang baru, yaitu Gereja. Dalam bahasa yang serupa dengan Kitab Wahyu, Paulus menyebut Gereja “Yerusalem sorgawi … ialah ibu kita (Galatia 4:26).” Ia juga membicarakan Gereja sebagai Mempelai Kristus (Efesus 5:31-32). Demikian pula, Yohanes menyebut Gereja sebagai “Ibu” (2 Yohanes 1:5). Bagaimanapun juga, Perempuan dalam kitab Wahyu lebih dari sekadar simbol Gereja. Wanita itu juga ibu dari “keturunan” selain Anak tunggal laki-Laki yang dia lahirkan. Dan anak-anak itu dijelaskan dalam kitab Wahyu sebagai mereka yang percaya kepada Yesus.

Dalam Wahyu 12 kita melihat adanya pertempuran besar yang merupakan gambaran dramatis dari penggenapan janji Allah di Taman Eden. Ular itu menunggu di bawah perempuan itu, bersiap untuk menelan Anak dari perempuan itu. Kelahiran Anaknya menjadi kesempatan pertempuran habis-habisan. Selama pertempuran, wanita itu lari ke padang gurun, ke tempat yang disediakan Allah baginya. Kemudian, setelah kekalahan Iblis, Yohanes melihat wanita itu diberikan kedua sayap burung elang untuk terbang ke suatu tempat di padang gurun, di mana dia akan dipelihara Allah. Bahasa Yohanes mengingatkan kembali sabda Yesus kepada para Rasul-Nya dalam Yohanes 14:1-3. Bahasa mempersiapkan sebuah tempat juga sering digunakan dalam Perjanjian Baru untuk menggambarkan rancangan Allah yang sudah direncanakan bagi anak-anak-Nya (Matius 20:23, 25:34; 1 Petrus 1:5, 1 Korintus 2:9). Perkataan Yohanes juga mengungkapkan kepedulian Allah bagi Israel di padang belantara (Keluaran 19:4; Ulangan 1:31-33, 32:10-12, 8:2-3).

Gambaran yang dilukiskan dalam kitab Wahyu menyuguhkan garis besar alkitabiah untuk dogma Gereja tentang Maria Diangkat ke Surga. Maria adalah Putri Sion, wanita yang melahirkan Penyelamat dunia. Karena dia adalah Hawa yang Baru, dia dibebaskan dari bayang-bayang dosa dan konsekuensinya. Dan termasuk juga pemisahan roh dan tubuh dalam jangka panjang yang terjadi pada kita semua yang menantikan kebangkitan badan pada akhir zaman. Maria diangkat ke surga oleh Allah untuk ikut serta bersama Putranya di tempat yang sudah Ia sediakan baginya. Dan tempat itu sebagai Bunda Kristus sang Raja, Maria duduk di sisi kanan-Nya, mengenakan mahkota Bunda Ratu. Pengangkatan Maria terletak pada fakta bahwa setidaknya ada dua bayang-bayang tentang itu dalam Perjanjian Lama seperti yang terjadi dengan Henokh dan Elia.

Sumber: “Where Is Mary’s Assumption in the Bible?”

Memahami Dogma SP Maria Diangkat ke Surga

oleh: P. William P. Saunders *

Seorang teman Protestan mempertanyakan keyakinan kita, umat Katolik, mengenai Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga.

~ seorang pembaca di Sterling

Berbicara kepada khalayak gembira berjumlah lebih dari 500,000 orang yang memadati St Peter's Square, Paus Pius XII dengan khidmad memaklumkan dalam Munificentissimus Deus tanggal 1 November 1950, bahwa “Bunda Allah yang Tak Bernoda Dosa, Maria yang tetap perawan selamanya, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, diangkat memasuki kemuliaan di surga beserta badan dan jiwanya.” Walau definisi khidmad baru dimaklumkan pada pertengahan abad keduapuluh, keyakinan akan Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga menunjukkan dinamisme pewahyuan dan pemahaman Gereja yang terus-menerus mengenainya seperti dibimbing oleh Roh Kudus.

Memang, kata “Diangkat ke Surga” tidak ada dalam Kitab Suci. Sebab itu, banyak kaum fundamentalis yang menafsirkan Kitab Suci secara harafiah akan mengalami kesulitan dalam memahami keyakinan ini. Namun demikian, pertama-tama kita patut berdiam diri dan merenungkan peran Bunda Maria dalam misteri keselamatan, sebab inilah yang menjadi dasar dari keyakinan Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga.

Kita percaya teguh bahwa sejak dari awal mula perkandungannya, karena kasih karunia istimewa dari Allah Yang Mahakuasa, Maria bebas dari segala noda dosa, termasuk dosa asal. Malaikat Agung St Gabriel mengenali Maria sebagai “penuh rahmat,” “terpuji di antara perempuan,” dan “bersatu dengan Tuhan.” Maria telah dipilih untuk menjadi Bunda Juruselamat kita. Dari kuasa Roh Kudus, ia mengandung Tuhan kita, Yesus Kristus, dan melalui dia, sungguh Allah menjadi juga sungguh manusia, “Sabda itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yoh 1:14).

Sepanjang masa hidupnya, walau catatan dalam Injil amat terbatas, Maria senantiasa menghadirkan Tuhan kita kepada yang lain: kepada Elisabet dan puteranya, Yohanes Pembaptis, yang melonjak kegirangan dalam rahim ibundanya atas kehadiran Tuhan yang masih berada dalam rahim BundaNya; kepada para gembala yang sederhana dan juga kepada para majus yang bijaksana; pula kepada warga Kana ketika Tuhan kita meluluskan kehendak BundaNya dan melakukan mukjizat-Nya yang pertama. Terlebih lagi, Maria berdiri di kaki salib bersama Putranya, memberi-Nya dukungan dan berbagi penderitaan dengan-Nya lewat kasihnya seperti yang hanya dapat diberikan oleh seorang ibunda. Dan akhirnya, Maria ada bersama para rasul pada hari Pentakosta ketika Roh Kudus turun dan Gereja dilahirkan. Sebab itu, masing-masing dari kita dapat melihat serta merenungkan Maria sebagai hamba Allah yang setia, yang ikut ambil bagian secara intim dalam kelahiran, kehidupan, wafat dan kebangkitan Tuhan kita.

Suatu bukti penting lainnya dalam Kitab Suci yang menegaskan Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, dapat ditemukan dalam Kitab Wahyu, “Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya” (12:1). Ayat ini merupakan bagian dari bacaan pertama dalam Misa Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga. Kendati aspek kronologis dari teks, Gereja telah menafsirkan ayat ini sebagai menunjuk kepada Bunda Maria yang telah diangkat ke dalam kemuliaan surga dan dimahkotai sebagai Ratu Surga dan Bumi, dan sebagai Bunda Gereja.

Karena alasan-alasan ini, kita percaya bahwa janji Tuhan yang diberikan kepada setiap kita akan keikutsertaan dalam hidup yang kekal, termasuk kebangkitan badan, digenapi dalam diri Maria. Sebab Maria bebas dari dosa asal dan segala konsekuensinya (salah satunya adalah kerusakan badan setelah kematian), sebab ia ikut ambil bagian secara intim dalam hidup Tuhan dan dalam sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya, dan sebab ia ada saat Pentakosta, maka model dari pengikut Kristus ini sungguh pantas ikut ambil bagian dalam kebangkitan badan dan kemuliaan Tuhan di akhir hidupnya. (Patut dicatat bahwa definisi khidmad tersebut tidak menjelaskan apakah Maria wafat secara fisik sebelum diangkat ke surga atau langsung diangkat ke surga; hanya dikatakan, “Maria, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia ….”) Katekismus, dengan mengutip Liturgi Byzantine, memaklumkan, “Terangkatnya Perawan tersuci adalah satu keikutsertaan yang istimewa pada kebangkitan Putranya dan satu antisipasi dari kebangkitan warga-warga Kristen yang lain. `Pada waktu persalinan engkau tetap mempertahankan keperawananmu, pada waktu meninggal, engkau tidak meninggalkan dunia ini, ya Bunda Allah. Engkau telah kembali ke sumber kehidupan, engkau yang telah menerima Allah yang hidup dan yang akan membebaskan jiwa-jiwa kami dari kematian dengan doa-doamu'” (No 966).

Secara ringkas, Konstitusi Dogmatis tentang Gereja dari Konsili Vatikan Kedua mengajarkan, “Akhirnya Perawan tak bernoda, yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat melalui kemuliaan di surga beserta badan dan jiwanya. Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Putranya, Tuan di atas segala tuan, yang telah mengalahkan dosa dan maut” (No 59).

Keyakinan akan Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga telah lama ada dalam Gereja kita. Kita patut ingat bahwa Gereja Perdana disibukkan dengan menanggapi pertanyaan-pertanyaan seputar Kristus, teristimewa Inkarnasi-Nya dan persatuan hipostatik-Nya (persatuan ke-Allah-an dan kodrat manusiawi-Nya). Namun demikian, dalam membahas pertanyaan-pertanyaan ini, Gereja secara perlahan-lahan memaklumkan gelar-gelar bagi Maria sebagai Bunda Allah dan sebagai Hawa Baru, pula keyakinan akan Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa, yang kesemuanya itu merupakan dasar dari Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga.

Dalam Munificentissimus Deus, Paus Pius XII menyebutkan banyak Bapa Gereja dalam usaha menelusuri tradisi yang telah lama ada sehubungan dengan SP Maria Diangkat ke Surga - beberapa di antaranya St Yohanes Damaskus, St Andreas dari Crete, St Modestus dari Yerusalem dan St Gregorius dari Tours. Uskup Theoteknos dari Livias (± 550-650) menyampaikan salah satu dari khotbah awali yang paling mendalam mengenai SP Maria Diangkat ke Surga, “Sebab Kristus mengambil kemanusiaan-Nya yang tak bernoda dari kemanusiaan Maria yang tak bernoda; dan apabila Ia telah mempersiapkan suatu tempat di surga bagi para rasul-Nya, betapa terlebih lagi Ia mempersiapkannya bagi BundaNya; jika Henokh telah diangkat dan Elia telah naik ke surga, betapa terlebih lagi Maria, yang bagaikan bulan bercahaya cemerlang di antara bintang-bintang dan mengungguli segala nabi dan rasul? Sebab bahkan meski badannya yang mengandung Tuhan merasakan kematian, badan itu tidak mengalami kerusakan, melainkan dipelihara dari kerusakan dan cemar dan diangkat ke surga dengan jiwanya yang murni dan tak bercela.”

Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga memberikan kepada masing-masing kita pengharapan besar sementara kita merenungkan satu sisi ini dari Bunda Maria. Maria menggerakkan kita dengan teladan dan doa agar bertumbuh dalam rahmat Tuhan, agar berserah pada kehendak-Nya, agar mengubah hidup kita melalui kurban dan penitensi, dan mencari persatuan abadi dalam kerajaan surga. Pada tahun 1973, Konferensi Waligereja Katolik dalam surat “Lihatlah Bundamu” memaklumkan, “Kristus telah bangkit dari mati; kita tidak membutuhkan kepastian lebih lanjut akan iman kita ini. Maria diangkat ke surga lebih merupakan suatu pengingat bagi Gereja bahwa Tuhan kita menghendaki agar mereka semua yang telah diberikan Bapa kepada-Nya dibangkitkan bersama-Nya. Dalam Maria diangkat ke dalam kemuliaan, ke dalam persatuan dengan Kristus, Gereja melihat dirinya menjawab undangan dari Mempelai surgawi.”

* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Church in Potomac Falls and a professor of catechetics and theology at Notre Dame Graduate School in Alexandria.

sumber : “Straight Answers: Understanding the Assumption” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2004 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”

HARI Raya Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga merupakan hari yang dikhususkan untuk menghormati sang bunda Allah yang tetap perawan dan setelah menjalani perutusan di dunia, Maria ikut bersama sang Putera di Surga.

Dogma itu dikeluarkan Paus Pius XII pada 1950 sebagai ajaran Iman Katolik. Hari raya ini merupakan suatu penghormatan kepada Maria yang tetap setia berada di samping Yesus sampai wafat.

Kesetiaan itulah yang menjadi suatu kesaksian hidup Maria dalam perutusan-Nya sebagai Bunda Allah. Kesetiaan itu juga yang mampu meyakinkan Allah bahwa Ia memilih perempuan yang tepat untuk menjadi Bunda Tuhan.

Baca juga: Mengenal Doa Salam Maria yang Kerap Didoakan Umat Katolik

Selain itu, Bunda Maria juga dikenal sebagai Bunda yang memberi kesegaran dan kegembiraanya. Bunda yang mampu mengayomi segala kalangan masyarakat. Bunda yang senantiasa bertekun dalam kerendahan hati dan menjadi ‘obat’ penenang bagi banyak orang.

Selain itu, kemurnian Bunda Maria menjadi salah satu bukti akan ketulusan hati dan kejernihan hati seorang perempuan. Ketulusan hati yang memang jarang dimiliki oleh perempuan masa itu. Ketulusan hati yang mampu mengubah persepsi perempuan sebagai sumber celaka yang telah dilakukan oleh Hawa pada kitab kejadian.

Kala itu, perempuan dilihat hanya sebagai buah simalakama. Namun, kehadiran bunda Maria menjadi oasis baru yang mengangkat perempuan bahwa mereka bukanlah bencana tapi suaka, dimana tempat kita bersimpuh untuk menerima surga dari telapak kaki sang Bunda.

Baca juga: 10 Perintah Allah Katolik, Tujuan dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari

Selain itu, Bunda Maria pun dikenal sebagai orang yang sederhana. Kesederhanaannya tampak ketika sang Bunda mau mengunjungi Elisabeth saudarinya yang sedang mengandung, jarak yang jauh dan dilakukan dengan berjalan kaki menghabiskan waktu hingga 3 hari.

Kala itu tidak se-modern sekarang dengan transportasi yang beragam untuk tujuan kemana pun. Jarak dan waktu sedemikian rupa tidak menyurutkan niat Maria untuk menyapa saudarinya. Maria merangkul saudarinya dari keterpurukan karena mengandung diusia tua menjadi bukti kesederhanaanya. Sederhana dalam pikiran, sikap, dan tindakan.

Hari Raya Santa Perawan Maria diangkat ke Surga dirayakan setiap 15 Agustus, dengan tanggal tersebut menjadi tanggal kebanyakan Imam Diosesan Jakarta merayakan ulang tahun tahbisan mereka.

Bunda Maria menjadi teladan para Imam dalam menghayati kesetiaan, kesederhanaan dan kemurniaannya. Para Imam yang dalam menjalankan perutusan serta menghidupi kehidupan Imamat senantiasa bersimpuh di bawah kaki Bunda Maria untuk semakin menghidupi pelayanan di tengah umat.

Selain itu, Maria diangkat ke Surga juga dipakai sebagai pelindung dari paroki Katedral Jakarta dengan penghayatan dan harapan agar umat Jakarta semakin meneladani sikap bunda Maria yang mampu mengatakan “fiat foluntas tua- terjadilah padaku menurut kehendak-Mu”.

Maria adalah Bunda Tuhan Yesus Kristus, ia adalah juga Bunda kita. Bukan hanya dahulu Maria selalu menyertai hidup Yesus, sekarang pun Maria selalu menyertai hidup kita juga, yang berusaha menghayati hidup kita menurut ajaran dan teladan Yesus puteranya. Maria adalah tanda harapan yang murni bagi segenap umat yang percaya dan melakukan apa yang dilakukan puteranya itu. (Z-1)

Tidak terasa saat ini kita sudah memasuki bulan Oktober 2014 yang merupakan bulan Maria. Kita semua giat berdoa Rosario baik di lingkungan maupun di komunitas rohani lainnya. Lantas apa dan bagaimana keteladanan Bunda Maria ? Hal ini merupakan tema dalam pertemuan Persekutuan Doa Pembaharuan Karismatik Katolik ( PDPKK ).

Pertemuan PD PKK St. Albertus Agung pada hari Senin tanggal 6 September 2014 ini di Aula Gereja dengan pembicara Bapak Haryanto dari Shekinah membahas tentang keteladan Bunda Maria. Sekitar 50 peserta PD PKK ini menyimak dengan serius apa yang dijelaskan oleh pembicara tentang keteladanan Bunda Maria ini.

Keteladan Bunda Maria sungguh banyak sekali namun antara lain adalah sebagai berikut :

Dalam kesempatan ini Bapak Haryanto berkenan mendoakan secara khusus kepada para peserta yang terbeban dengan segala persolan di dalam kehidupan ini. Beberapa peserta satu persatu maju dan didoakan secara khusus. Sebuah kesempatan yang sangat bagus.

Persekutuan Doa ini diselengggarakan rutin setiap Senin jam 19.30 WIB di Aula Gereja St. Albertus Agung dan terbuka buat umat yang rindu untuk mendengarkan firman dan menyembah Tuhan. Bagi kaum muda tersedia PD OMPKK Lumen Dei yang diselenggara ditempat dan waktu yang sama setiap Hari Jumat kecuali Jumat pertama. Sedangkan untuk anak – anak tersedia PD Kids Nicolaus yang diselenggarakan setiap hari Rabu sore jam 18.30 WIB di Tisano Studio Harapan Indah BB No. 10 Kota Harapan Indah.

Di Stasi Harapan Indah ada beberapa kelompok kategorial dan PD PKK ini hanya salah satu bagian dari kelompok kategorial di Stasi Harapan Indah. Salah satu perintah Tuhan kepada kita adalah berkomunitas. Mari kita berkomunitas dan silahkan bebas memilih dari beberapa komunitas yang ada di Gereja kita.

Anda mungkin ingin melihat